PUTRI HIJAU –
Musim hujan disertai petir yang sering melanda sejumlah wilayah dalam
Provinsi Bengkulu akhir-akhir ini harus disikapi hati-hati. Terbukti,
semakin banyaknya saja warga yang menjadi korban sambaran petir. Yang
teranyar, tiga warga Desa Datar Ruyung Arga Makmur Bengkulu Utara (BU)
masing-masing Sunarto (34), Ridwan (36) dan Iskandar (29) Pukul 17.00
WIB Minggu (3/11) disambar petir di lokasi perbatasan Hutan Produksi
Terbatas Lebong Kandis dan lahan Hak Guna Usah PT Anugrah Pramata
Ispirasi (API0 di Desa Air Putih Kecamatan Putri Hijau BU.

Hingga berita ini diturunkan belum ada
kejelasan bagaimana nasib kedua korban yang masih di dalam hutan.
Pasalnya, masyarakat kesulitan mengevakuasi keduanya lantaran jalan yang
harus ditempuh dengan berjalan kaki, sedangkan sejak sore lokasi
diguyur hujan deras.
RB yang berhasil menghubungi Iskandar
via telepon sekitar pukul 20.00 WIB kemarin mengakui ia sudah tiba di
lokasi pemukiman warga di kaki hutan untuk mencari pertolongan.
Sedangkan nasib kedua temannya masih belum bisa dipastikan, ia hanya
memastikan jika keduanya sudah tidak lagi bergerak saat ia coba
menggoyang tubuh keduanya untuk menyadarkan.
“Saya tidak bisa pastikan, meninggal
atau tidak. Yang jelas sudah tidak lagi bergerak dan lemas. Bahkan waktu
itu masih hujan di diatas (Hutan, red), sayapun terbangun dari pingsan
karena hujan itu,” terang Iskandar.
Dentumkan Keras Saat Mencari Ayam
Diterangkanya, sejak Sabtu (02/11)sore
mereka sudah di lokasi hutan Desa Air Putih BU, mereka berniat mencari
burung jenis murai batu dan ayam hutan yang banyak terdapat di lokasi
hutan tersebut. Hal ini juga sudah biasa dilakukan ketiganya bahkan
keluarga sudah tak heran lagi jika mereka berhari-hari tak pulang dan
berada di hutan. “Kami bukan kali ini, biasanya kami mencari penginapan
di dalam hutan ini untuk mikat burung,” kata Iskandar.
Puncaknya, siang kemarin hujan deras
melanda hutan tempat mereka berada dan mereka hanya berteduh dibagian
pohon besar dalam hutan untuk berlindung dari deras hujan. Tiba-tiba ada
suara dentuman petir keras yang didengarnya dan ia tak lagi sadarkan
diri.
“Setelah mendengar suara itu, saya tidak
ingat apa-apa lagi. Saya terbangun disekitar saya ternyata dua teman
saya juga sudah pingsan,” terangnya.
Ia tak lantas meninggalkan rekannya di
dalam hutan dan sekitar 15 menit berusaha menyadarkan keduanya. Karena
tak kunjung berhasil, dengan penerangan seadanya ia turun dari hutan
untuk mencari pertolongan. “Mudah-mudahan saja tidak sampai meninggal,
yang jelas tidak lagi bergerak,” ujar Iskandar berharap.
Menariknya, saat berusaha menyadarkan
keduanya, ia mengaku jika tak melihat adanya luka bakar atau lebab
menghitam layaknya bekas orang tersambar petir di tubuh korban. Namun
tentunya ia lagi-lagi tak bisa memastikan.
“Setahu saya dan yang saya lihat tidak ada bekas lebam atau menghitam, terutama dibagian dada yang sempat saya buka,” ujarnya.
Kades Air Putih Idrus Salam mengaku juga
sudah menerima berhasil menghubungi Iskandar dan menuju lokasi
pemukiman warga di kaki hutan menemui korban. Dalam pembicaraannya
dengan warga, ia mengaku sangat sulit untuk masuk ke dalam hutan dan
harus ditempuh berjalan kaki. “Kondisi hujan ini jelas tidak
ada kendaraan yang bisa masuk,” kata Idrus.
Ia dan Polisi juga tengah berusaha
melakukan mencari jalan terdekat menuju lokasi yang disebutkan Iskandar
tempat rekannya kini terkapar. Bahan desa juga mengupayakan meminjam
kendaraan milik perusahaan untuk menuju lokasi hutan.
“Kita masih mencari cara, untuk kepastian kondisi kedua korban belum bisa kita pastikan seperti apa,” ujar Idrus.
Ibnu Maja keluarga korban di Desa Datar
Ruyung mengaku meneirma kabar itu juga dari Iskandar yang berangkat
bersama keduanya. Bahkan, Maja sempat panik lantaran Iskandar mengira
keduanya sudah meninggal dunia.
“Saat ini sebagin keluarga sudah
berangkat ke Putri Hijau untuk menjemputnya. Kita harapkan tidak seperti
informasi pertama yang disampaikan Kandek (Panggilan Iskandar,red)
bahwa keduanya seperti meninggal,” terang Maja.
Ia juga membenarkan jika ketiganya
memang sering berangkat ke lokasi hutan untuk mencari burung dan ayam
hutan. Tak banyak perbekalan yang mereka bawa selain burung sebagai alat
pikat, jerat dan baterai lampu sebagai alat penerangan.
“Memang disekitar sana kalau hujan
petir sangat kencang. Apalagi di wilayah hutan perbatasan Lebong Kandis
dan HGU PT API, lokasinya terbilang tinggi dari dataran. Kami berharap
dua keluarga kami tidak apa-apa,” ujar Maja. (qia)
Sumber: RB