Kamis, 31 Oktober 2013

Kamis, Oktober 31, 2013
HULU PALIK – Hanima (33), warga Desa Pematang Balam Kecamatan Hulu Palik pukul 07.00 WIB kemarin (29/10) tewas di ranjang tidurnya dengan kondisi mengenaskan. Leher nyaris putus ditebas parang tajam.
Apa yang menyebabkan leher ibu dua anak itu seperti sengaja digorok atau ditebas parang tajam? Sejauh ini masih jadi teka-teki. Namun informasi di Tempat Kejadian Perkara (TKP), ada dugaan korban tewas karena sengaja menggorok lehernya dengan parang tajam.

Cukup memilukan karena kejadian ini berlangsung saat sang suami tengah menanak nasi di bawah rumah yang berbentuk panggung. Jaraknya hanya sekitar 4 meter dari ranjang tempat korban terbaring, tanpa penghalang.

Selain korban dan sang suami Mansuli (40), di rumah juga tinggal dua putrinya, Risma (12) dan Ermi (10), keduanya masih duduk di bangku SD masing-masing kelas 6 dan 4. Hanya saja saat kejadian kedua anaknya tengah mandi di sungai yang tak jauh dari rumah.
Dituturkan Mansuli kepada RB, pagi itu istrinya yang mengidap penyakit typus memang tengah berbaring di ranjang papan yang hanya beralas tikar. Belakangan ini memang dirinya yang biasa mengerjakan pekerjaan rumah tangga termasuk memasak lantaran sang istri sakit.

Berniat memasak nasi, ia lantas turun ke balakang rumah yang tingginya sekitar 1,5 meter menuju tempat masak berupa tungku berbahan baker kayu api. Saat menghidupkan api dan meletakkan panci berisi beras, tiba-tiba ia medengar seperti istrinya memukul-mukul ranjang.

“Waktu saya berdiri dan naik tangga, saya lihat darah sudah banyak di dipan tempat tidur istri saya. Saya lihat juga tubuh istri saya berlumuran darah terutama di leher yang tampak sudah hampir putus,” ujar Mansuli.
Belum sempat memegang sang istri, ia lantas memanggil tetangganya Edi untuk membantu mengangkat istrinya bersama warga lain. Saat akan diangkat itulah ia sadar jika leher istrinya terpotong lebih dari sebagian bahkan nyaris putus. Sedangkan parang tajam sekitar setengah meter masih berada di dekat sang istri. “Waktu saya dan warga datang mencoba mengangkatnya, dia sudah tidak ada (tewas,red),” ujar Mansuli.
Meski dengan luka gorok yang pasti sangat menyakitkan, namun dengan jaraknya yang sekitar 4 meter dari loaksi korban ia mengaku sama sekali tidak mendengar suara teriakan ataupun rintihan dari istrinya. Ia hanya mendengar suara orang seperti tengah menggelepar.

“Tidak ada suara teriakan, hanya menggelepar-gelepar yang saya dengar. Makanya saya berhenti memasak nasi dan melihat dari pintu rumah,” terang Mansuli.

Tak Pernah Coba Bunuh Diri

Menurutnya sejak keluarga terbangun dari tidur pagi kemarin, korban tak menunjukan gelagat yang mencurigakan. Bahkan korban sempat meminta anaknya segera berangkat mandi ke sungai lantaran khawatir anaknya terlambat ke sekolah.

“Sama sekali tidak ada tanda-tanda, kalau berbaring itu memang selama sakit dia seperti itu, dan yang mengerjakan urusan rumah beralih ke saya,” ujar Mansuli.

Namun diakuinya beberapa hari sebelumnya korban seperti orang linglung.  Sempat akan pergi dari rumah tanpa masalah apapun. Saat ditanya korban mengatakan akan pergi dan nampak kesal saat dilarang sang suami. Bahkan, takut terjadi apa-apa, suaminya hanya mengikutinya dari belakang hingga akhirnya korban mau kembali diajak pulang.

“Dia itu kayak orang bingung beberapa hari ini, makanya kalau kami bilang itu seperti orang gila, diluar penyakit typusnya,” terangnya.

Namun ia sama sekali tidak menyangka jika sang istri mengambil jalan pintas, bunuh diri. Apalagi dengan cara yang tragis dan tak lazim, menggorok leher sendiri. “Sampai sekarang saya masih tak percaya,” ujar Mansuli nampak lemas.

Parang Kebun Berada di Ranjang

Mengenai keberadaan parang tajam dibawah ranjang tidur, Mansuli mengatakan memang bawah ranjang tempat ia biasa  menyimpan parang. Parang tersebut memang tajam karena alat kerja di kebun, sering digunakannya untuk menebas batang dan rumput di kebunnya.

Ia juga menerangkan jika ranjang tanpa pembatas dengan ruang tamu merupakan tempat tidurrnya. Sedangkan korban dan dua anaknya biasanya tidur di dalam kamar. “Memang kalau dari ranjang bisa menjangkau parang itu, parang itu di bawah ranjang, karena itu tempat saya tidur kalau malam,’’ imbuhnya.

Dua Kali Dibawa ke Dukun

Disamping suaminya, Palina Adik Ipar korban mengakui jika belakangan ini sudah dua kali membawa korban ke orang “pintar” alias dukun. Pasalnya, selain keterangan mantri desa yang menyatakan korban typus, gelegat korban dinilainya seperti orang yang sudah mulai menderita ganggungan jiwa. Bahkan, dari dua dukun mengakui jika korban diganggu oleh roh halus.

“Kami sudah bawa ke dukun, bahkan ada dukun yang menyerah. Katanya yang mengganggu dia (korban,red) mahluknya ganas. Makanya kami cari dukun yang kedua,” terang Palina.
Sebelumnya korban sangat sehat bahkan masih sering bersama berangkat ke kebun atau sekadar menerima suruhan dari warga untuk membersihkan kebun.  “Kalau dulu sehat, sama-sama saya memungut cabai, atau nebas rumput di kebunnya. Sama sekali tidak menyangka sekarangseperti ini,” ujar Palina.
Tetangga korban Jarmidi mengaku jika selama ini tak pernah mendengar keluarga tersebut bertengkar. Bahkan, suami korban termasuk orang yang pendiam dan sabar dalam merawat istrinya, terutama saat sang istri sakit.

“Kalau ribut di sini (rumah Korban,red) saya tidak pernah dengar, malah keluarga ini sepertinya sangat rukun dan tidak pernah ada masalah. Makanya saya terkejut mengapa sampai terjadi begini,” ujar Jarmidi.
Kapolres Bengkulu Utara AKBP. Ahmad Tarmizi, SH melalui Kasat Reskrim AKP. M Simaremare, SH yang turun langsung ke TKP mengatakan polisi masih melakukan penyelidikan terkait penyebab kemarian korban, dibunuh atau murni bunuh diri. Kemarin jenazah korban dilarikan ke RSUD Arga Makmur untuk dilakukan Visum.

“Kita akan memeriksa saksi-saksi dan mencari alat bukti. Beberapa alat bukti yang ada di TKP sudah kita sita dan menunggu hasil visum,” terang Kasat.(qia)

Sumber: Harian Rakyat Bengkulu
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar