Pasca jalan ambles sepanjang 45 M
dengan kedalaman 2 M di Desa Serangai Kecamatan Batik Nau Bengkulu
Utara (BU) jalur Jalan Lintas Barat (Jalinbar) BU – Mukomuko dialihkan
melalui Desa Batik Nau menuju Ke Ketahun. Namun khusus kendaraan pribadi
dan roda empat lainnya masih bisa melalui jalur darurat menyusur
pinggir jalinbar Serangai yang sempat ditutup akibat abrasi pantai
setahun lalu. Jalan yang kini dilintasi kendaraan
pribadi tersebut adalah jalan lama yang ditutup lantaran terjadi abrasi.
Meski tak lagi ada bagian jalan beraspal, namun jalan tersebut tetap
bisa melintasi menghindari terjadinya kepadatan lalu lintas melalui
lajur Desa Bintunan.
Hanya saja pengemudi harus melaju
bergantian dengan konsentrrasi tinggi. Maklum, selain juga sempat
terjadi abrasi jalan tersebut berbatasan langsung dengan bibir pantai
dengan ketinggian mencapai 80 M dengan bebatuan besar dibawahnya. Jika
tak hati-hati, bukan tak mungkin pengemudi bisa terjun ke dasar laut
karena.
Kapolres BU AKBP. Ahmad Tarmizi, SH
melalui Kapolsek Batik Nau IPTU. Syaipul Anwar menerangkan pintu masuk
yang semua tak bisa dilintasi melalui jalur jalinbar lama kini sudah
diperbaiki oleh Polisi dengan membeli gorong-gorong. Selain itu, di
titik jalan yang juga terjadi abrasi polisi memasang pembatas jalan agar
pengemudi tidak mengambil lajur terlalu menganan.
“Kita juga tempatkan personel di jalur
itu agar bisa mengingatkan pengemudi. Rata-rata yang melintas adalah
mobil pribadi dan travel,” terangnya.
Polisi juga harus memberlakukan jalur buka tutup lantaran jalan yang tidak mungkin dilalui dua kendaraan sekaligus.
Sementara itu, kemarin satu unit alat
berat jenis Eksavator sudah disiagakan di lokasi oleh Dinas PU Provinsi
untuk memulai perbaikan. Hasil koordinasi polisi, jalan yang ambles akan
dipadatkan hingga mengeras dan baru dilakukan penimbunan.
“Jadi permukaan aspal yang ambles itu
akan langsung dipadatkan. Hari ini (Kemarin,red) sudah ada alat berat,
mungkin Besok (Hari ini,red) sudah bisa mulai bekerja,” terangnya.
Sementara itu, di jalur lintasan Desa
Batik Nau kini mulai padat. Meskipun permukaan jalan hanya koral yang
dipastikan berdebu namun dipastikannya tidak ada gejolak masyarakat yang
melakukan penolakan jalan yang melintasi pedesaan ini dijadikan arus
kendaraan umum. bahkan, masyarakat mendukung lantaran kondisi jalan desa
yang ramai.
“Masyarakat juga mengerti ini kondisi
darurat karena jalan yang putus. Memang yang meliuntas kendaraan besar
seperti bus dan truk tambang,” terang Kapolsek.
Dipastikannya, pasca jalan ambles
tersebut kini ada 4 titik personel Polisi yang melakukan penjagaan.
Penjagaan sudah terlihat di simpang 3 Desa Bintunan utnuk mengarahkan
kendaraan besar melalui jalan Desa Batik Nau, di pangkal jalan ambles
baik arah Batik Nau maupun Ketahun serta di Deas Pasar Ketahun
mengarahkan kendaraan dari arah Mukomuko. “Kita juga dibantu personel
dari Polres. Penjagaan kita lakukan 24 jam menghindari jangan ada
korban,” pungkas Kapolsek.
Sementara itu, Camat Batik Nau Maskisman
menuturkan sudah membuat laporan tertulis ke Pemda BU dan sudah
diteruskan ke PU Provinsi oleh Pemda BU. Ia saat ini tengah menanti
pembangunan yang dilakukan agar jalan bisa sesegera mungkin dilintasi
kembali. “Surat sudah kita layangkan, dan saya lihat juga tim dari
Balai Bina Marga sudah turun untuk mengecek ke lokasi,” terangnya.
Terkait amblesnya jalan yang baru
dibangun tahun lalu, menurut tim PU Provinsi yang turun ke lokasi
kemarin lantaran struktur tanah bawah jalan aspal yang memang lembut dan
merupakan lahan gambut. Hal ini tidak ada kaitan dengan kemungkinan
gagal konstruksi yang dilakukan kontraktor saat membangun jalan tahun
lalu.
“Keterangan dari PU Provinsi seperti
itu, lahannya lahan gambut. Saat pengerjaan proyek menurutnya sudah
padat,” pungkas Markisman.
Sementara itu, putusnya Jalan Lintas
Barat (Jalinbar) tepatnya di Desa Serangai Kecamatan Batik Nau Bengkulu
Utara (BU), sejak Senin (9/12) hingga menyebabkan arus Bengkulu Utara
(BU) – Mukomuko via jalinbar Batik Nau putus total menuai sorotan dari
berbagai pihak. Diduga pengerjaan proyek jalan tersebut asal-asalan.
Terlebih lagi bila dilihat, tanah yang
ambles mencapai kedalaman 2 meter lebih dengan panjang jalan sekitar 30
meter yang mengindikasikan kontruksi jalan tidak kuat. “Diduga
perencanaan proyek pembangunan jalinbar ini kurang matang,” kata
Pengamat Jasa Konstruksi, Ir. Irwan Gustiansyah kepada wartawan, kemarin
(10/12).
Irwan mengatakan semestinya perencanaan
pembangunan proyek memperhatikan kekuatan konstruksi tanah yang diaspal,
debit air yang melintasi jalan. “Mungkin saja konstruksi tanah tidak
kuat atau belum padat saat diaspal. Sementara tidak ada gorong-gorong di
bawahnya tempat air lewat dan tidak ada dinding pelapis yang dapat
menahan terbisnya. Sehingga saat hujan deras beberapa minggu ini,
membuat testur tanah yang belum padat itu menjadi bergeser,” ungkap
Irwan yang merupakan Wakil Ketua Bidang Jasa Konstruksi Kadin Provinsi
Bengkulu itu.
Namun menurut Irwan belum dapat
dipastikan penyebab ambles jalan, sebelum ada penelitian ke lapangan.
“Yang jelas kalau perencanaannya kurang matang, maka pengerjaannya juga
tidak seperti yang diharapkan,” kata Irwan Gustiansyah. (ble/qia)