Rabu, 04 Desember 2013

Rabu, Desember 04, 2013
ARGA MAKMUR – Pengakuan tersangka pembakar Masjid Nurul Falaq di Malkoni, Enggano, Bengkulu Utara, Abdullah Pakpahan yang menyebutkan tindakannya sebagai jihad untuk berjihad menghentikan maksiat di Enggano, dinilai salah. Malah dapat dikatakan, Abdullah yang mualaf ini salah dalam memahami ajaran Islam sehingga pahamnya menyesatkan.

Sebagaimana ditegaskan Kepala Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Arga Makmur Drs. H Bustasar MS, MP. Menurutnya Abdullah yang belajar Islam hanya dari buku-buku bacaan tanpa mendapat bimbingan langsung dari ulama atau ustad yang sangat paham tentang syariat Islam, membuat mualaf itu salah menterjemahkan apa yang dipelajarinya.

Semestinya, kata Bustasar, jika Abdullah merasa banyak hal yang ada di sekitarnya tidak sejalan dengan agama, seharusnya dia menyadarkan dan mengajak masyarakat untuk taat pada agama dengan lebih sering beribadah. Tapi membakar masjid, tentu tak ada sama sekali hubungannya dengan berjihad, malah langkah itu sesat.

“Itu langkah yang sangat salah jika diartikan sebagai berjihad. Tindakan Abdullah (membakar masjid) tak hanya bertentangan dengan ajaran Islam, tetapi juga melanggar hukum yang berlaku di negara kita. Itu murni tindak pidana, dan langkah polisi sangat kita dukung memproses Abdullah yang kini telah diserahkan ke jaksa,” tegas Bustasar.

Bukan Jaringan Teroris

Bustasar menyebutkan sudah mengumpulkan informasi tentang latar belakang Abdullah melalui Kantor Urusan Agama (KUA) Enggano. “Dia itu kurang bimbingan agama dan hanya belajar sendiri, sehingga tidak ada yang mengarahkannya dalam memahami ajaran Islam, sehingga salah langkah,” ujarnya.

Bustasar juga memastikan jika Abdullah tidak ada kaitaanya dengan jaringan teroris layaknya Islam garis keras atau aliran kepercayaan. Semasa tinggal di Enggano Abdullah juga tidak memiliki perkumpulan tertentu atau berorganisasi. “Dia itu hanya sendirian. Ceramah agama yang disampaikannya tidak dipercaya masyarakat lagi, tidak ada mimbar lagi baginya. Dimungkinkan lantaran dendam dengan perlakuan demikian, dia membakar masjid. Jadi tidak ada kaitannya dengan agama atau aliran kepercayaan atau lebih jauh lagi dengan kegiatan teroris yang ingin mengacaukan Pulau Enggano,” tegas Bustasar.

Ia juga berjanji akan berkoordinasi dengan pihak lapas dan ustad yang selama ini dekat dengan Abdullah yaitu Syafrudin Zakaria Labay yang juga mantan anggota DPRD Provinsi Bengkulu. Kemenag akan berusaha menjalin komunikasi dengan Abdullah dengan tujuan meluruskan pemahaman Islam yang selama ini sudah dipahaminya namun dinilai salah.

“Nanti akan saya perintahkan KUA untuk mencoba menjalin komunikasi, meluruskan pemahamannya tengan Islam. Jangan sampai pemahaman yang salah ini justru dimanfaatkan oknum yang tidak bertanggung jawab,” pungkas Bustasar.

Rafi: Abdullah Jarang Ibadah dan Puasa

Terpisah, Imam Masjid Nurul Falaq Enggano, Rafi Zen Kaitora membantah semua ungkapkan Abdullah yang menilai banyak masyarakat Islam di Enggano telah keluar dari ajaran Islam. Ia menegaskan jika Enggano memiliki adat istiadat Islam yang kental dan rutin beribadah. Sebaliknya, Abdullah dikenal masyarakat Desa Malakoni sebagai warga yang sangat jarang beribadah.

“Muslim di Enggano taat beribadah. Juga sangat toleran dengan umat agama lainnya. Kami hidup damai dalam ikatan adat dan tali kekeluargaan yang cukup kuat. Berbeda agama bagi kami itu sah-sah saja, dan kami hidup rukun berdampingan. Belum sekalipun ada konflik di Enggano, baik itu antar umat beragama maupun sesame agama. Kami hidup toleran, damai sebagaimana kehidupan di daerah lainnya di Indonesia. Baru kali ini ada yang coba membakar masjid. Jadi apa yang disampaikan Abdullah itu tak benar,” terangnya.

Ia juga mengaku sudah seringkali mengajak Abdullah beribadah. Maklum latarbelakang Abdullah yang seorang mualaf membuatnya ingin membimbing Abdullah dari segi Agama. Namun Abdullah selalu menolak beribadah bersama masyarakat.

“Setahu kami Abdullah hanya datang pada salat Jumat, itupun 2 kali sebulan. Saat bulan Ramadhan lalu, dia juga tidak berpuasa, apa itu orang yang ingin berjihad,” tegasnya.

Sehari-hari, Abdullah selalu tinggal di lokasi perkebunan di luar pemukiman warga Desa Malakoni, dia sebagai petani dan nelayan. Rafi mengecam ungkapkan Abdullah yang menilai masjid di Enggano jarang menjalankan salat fardu lima waktu.

“Setiap hari masjid kami ada jemaah salat fardu. Darimana Abdullah tahu kondisi masjid, sedangkan dia tinggal di kebun dan di laut. Ini jelas tudingan yang mendiskresitkan kami masyarakat Enggano,” tegasnya.
Sampai saat ini, kondisi kerukunan umat di Enggano sangat terjalin bagus. Sudah berlangsung sejak turun menurun. Termasuk pasca pembakaran masjid yang dilakukan Abdullah, masyarakat menilai Abdullah memiliki kelainan kejiwaan dan sama sekali tidak menilai apa yang dilakukan Abdullah berkaitan dengan agama.

“Kami menganggap dia itu tidak waras dengan membakar masjid. Kalau kami antar umat beragama di Enggano tetap erat, bahkan ada organisasi kami terkait kerukunan umat beragama. Abdullah tidak lain ingin merusak kerukunan beragama kami di Enggano yang selama ini terjalin sangat baik,” tukasnya.(qia)

sumber
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar