ULOK KUPOI – Kepala SMK
Napal Putih, Hendry Chaniago mengakui tindakan menempeleng 10 siswa
sekolah tersebut dimana dua diantaranya melapor ke polisi. Itu dilakukan
Hendry dengan alasan khilaf, dan tamparan tersebut bukan bermaksud
untuk melukai melainkan untuk mendidik siswa yang telah bermain bola
voli di dalam kelas saat siswa di kelas sebelahnya lagi belajar.
Dituturkan Hendry, kemarahannya memuncak
lantaran sebelum ia mendatangi kelas tempat 10 siswa tersebut bermaian
voli, sudah ada 3 guru yang melarang. Namun tak diindahkan, sebaliknya
ada salah seorang siswa justru menjawab larangan itu dengan perkataan
kasar dan mengancam akan melukai guru itu bila melintas di desa siswa
bersangkutan.
“Makanya saya marah, karena ada guru
yang menasihati malah diancam. Satu siswa yang mengancam itu sempat 3
kali saya tempeleng, dan rekan-rekannya masing-masing 1 kali. Setelah
itu saya nasihati, siswa itu menyadari perbuatan dan perkataannya
tersebut salah. Sayapun menyatakan khilaf telah melakukan itu (menampar)
karena ulah siswa itu sudah kelewatan. Jadi sebenarnya setelah kejadian
tersebut tak ada masalah lagi,” terang Hendry.
Ia pun terkejut belakangan kejadian
itu dipermasalahkan sampai dilaporkan ke polisi. Padahal, tak hanya
dengan siswa, Lanjut Hnedry, ia juga sudah mengumpulkan semua orangtua
siswa itu, dan langsung menyampaikan permintaan maaf atas kekhilafan
itu. Aksi yang dilakukannya juga sudah disadari baik siswa maupun
walinya sebagai salah satu bentuk pendidikan.
“Bahkan saya dan wali sudah membuat
surat pernyataan perdamaian. Isinya, bahwa saya mengakui kekhilafan saya
dan siswa juga seperti itu. Makanya saya juga terkejut kok jadi masalah
ini dilaporkan,” tandas Hendry.
Ia juga menilai jika ada indikasi
kedua siswa yang melapor ditunggangi oleh seseorang. Bahkan, ia pun
sempat mendapatkan SMS bernada ancaman yang isinya tetap akan
melanjutkan masalah ini secara hukum.
“Saya memang kurang nyaman dengan SMS
tersebut, nadanya seperti mengancam. Saya juga sudah tunjukkan bukti
surat perdamaian dengan polisi saat diperiksa. Bahkan, siswa yang lebih
banyak saya tempeleng tidak mempermasalahkan masalah ini dan smengakui
kesalahannya,” pungkas Hendry. (qia)
Sumber: RB